RIDHA

0dfcb343-034e-4a4a-83d9-515665a3e272_169

Ridha atau kepuasan atau kerelaan

al-Harits al-Muhasibi berkata, “Ridha adalah tentramnya hati di bawah ketetapan takdir.” Dzu’l-Nun berkata, “Ridha adalah kesenangan hati di jalan takdir.” Ruwaim berkata, “Ridha adalah mengharapkan ketetapan (Tuhan) dengan senang hati.”

ibn-Atha berkata, “Ridha adalah penghargaan hati untuk apa yang telah dipilih Tuhan bagi hamba-Nya sejak mula-mula sekali, sebab apa yang dipilih oleh-Nya bagi dia adalah yang terbaik.”

Sahl berkata, “Kalau keridhaan itu disatukan dengan keridhaan (Tuhan), barulah keridhaan itu kekal, dan طُوبَىٰ لَهُمْ وَحُسْنُ مَآبٍ (bagi mereka kebahagiaan dan tempat kembali yang baik.) QS.13:29. Dia menunjuk kepada firman Tuhan dalam kata-kata itu ;
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ۚ (Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha terhadap-Nya) QS.5:119. Perkataan ini berarti bahwa kepuasaan di dunia dalam menerima ketentuan (Tuhan) akan mewarisi keridhaan (Tuhan) di dunia mendatang bersama apa yang telah dicatat oleh pena-pena itu. Tuhan berfirman, وَقُضِيَ بَيْنَهُمْ بِالْحَقِّ وَقِيلَ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ  (Demikianlah telah berlaku keputusan Allah terhadap para hambaNya dengan adil. Maka berkumandanglah ucapan: “alHamdu lillahi Rabbil ‘alamiin”.)

________________________________________________

Ridha adalah persoalan yang hanya dipahami oleh ahli ‘Qalb’, para hamba yang mengenali Tuhannya. Selain daripada itu maka ridha hanyalah retorika dusta dan khayalan belaka. Pembicaraan yang tidak dipahami oleh si pembicara itu sendiri.

Tidak ada keperluan untuk mencari ridha, karena ridha itu karunia Tuhan seorang hamba atas dirinya. Cobalah pahami baik-baik firman Tuhan
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ۚ (Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha terhadap-Nya) QS.5:119.

Jika hendak mengecap ridha Tuhan atas hamba di dunia ini, maka ridha-lah kepada ketetapan Tuhan atasnya, maka disitulah keridhaan Tuhan terhubung dengannya.

Ridha itu senantiasa berpasangan antara hamba dan Tuhannya. Di dunia hamba ridha kepada Tuhan – Tuhan pun ridha kepada hamba, di akherat kelak, Tuhan ridha kepada hamba – hamba pun ridha kepadanya. Sehingga hamba harus selalu mengingat, bahwa jika di dunia hamba tidak ridha pada ketetapan-ketetapan Tuhannya, maka itulah ilustrasi ketetapan akherat baginya.

Adalah Dia membuat makananku sepat di dunia
Hanya untuk menyenangkanku dalam keabadian

Minuman dunia kuteguk pahit dalam kebahagian
Manisnya air keni’matan pun menjadi bekalku

Aku tahu Dia kekasihku yang selalu mencintaiku
Ketakutanku hanya kehilangan kesenangannya atasku

oleh Abu Dzakir

 

Leave a comment

Website Powered by WordPress.com.

Up ↑